resistensi antiretroviral (ARV) dapat bervariasi tergantung pada jenis ARV yang digunakan dan tingkat keparahannya. Gejala umum yang dapat terjadi meliputi:
- Kegagalan terapi
- Tingkat virus yang tinggi
- Peningkatan jumlah sel CD4
- Kembalinya gejala HIV
Kegagalan terapi adalah salah satu gejala resistensi ARV yang paling umum. Terapi ARV dianggap gagal jika tidak dapat menurunkan jumlah virus di dalam tubuh (viral load) hingga di bawah batas ambang yang aman.
Tingkat virus yang tinggi adalah gejala lain yang dapat mengindikasikan resistensi ARV. Tingkat virus yang tinggi dapat meningkatkan risiko komplikasi HIV, seperti infeksi oportunistik dan kanker.
Peningkatan jumlah sel CD4 adalah gejala yang dapat terjadi pada beberapa orang dengan resistensi ARV. Peningkatan jumlah sel CD4 dapat menyebabkan gejala yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh yang kuat, seperti pembengkakan kelenjar getah bening dan kelelahan.
Kembalinya gejala HIV adalah gejala yang dapat terjadi pada beberapa orang dengan resistensi ARV. Gejala HIV yang dapat kembali meliputi:
- Demam
- Keringat malam
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Mual dan muntah
- Diare
- Sakit kepala
- Lelah
Jika Anda mengalami salah satu gejala di atas, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah untuk mendiagnosis resistensi ARV.
Penyebab resistensi ARV
Resistensi ARV dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:
- Penggunaan ARV yang tidak tepat
- Mutasi virus
- Penyakit penyerta
Penggunaan ARV yang tidak tepat, seperti tidak minum obat secara teratur atau melewatkan dosis, dapat meningkatkan risiko resistensi ARV.
Mutasi virus adalah perubahan dalam DNA virus yang dapat membuat virus menjadi resisten terhadap ARV. Mutasi virus dapat terjadi secara alami atau karena paparan ARV.
Penyakit penyerta, seperti infeksi oportunistik dan kanker, dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko resistensi ARV.
Cara mencegah resistensi ARV
Resistensi ARV dapat dicegah dengan menerapkan langkah-langkah berikut:
- Minum ARV secara teratur sesuai petunjuk dokter
- Jangan melewatkan dosis
- Jangan menghentikan terapi ARV tanpa berkonsultasi dengan dokter
- Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
Jika Anda memiliki penyakit penyerta, pastikan untuk mengobatinya dengan tepat.
Pengobatan resistensi ARV
Pengobatan resistensi ARV tergantung pada jenis ARV yang digunakan dan tingkat keparahannya. Pengobatan yang umum digunakan untuk resistensi ARV meliputi:
- Kombinasi ARV
- ARV yang baru dikembangkan
- Terapi gen
Kombinasi ARV adalah pengobatan yang paling umum digunakan untuk resistensi ARV. Kombinasi ARV yang digunakan biasanya terdiri dari beberapa obat yang bekerja dengan cara yang berbeda.
ARV yang baru dikembangkan adalah obat-obatan yang dirancang untuk melawan virus yang resisten terhadap ARV yang sudah ada.
Terapi gen adalah pengobatan yang baru dikembangkan yang menggunakan virus atau bakteri untuk memasukkan gen baru ke dalam sel-sel tubuh. Gen baru ini dapat membantu tubuh melawan virus HIV.
Dengan pengobatan yang tepat, resistensi ARV dapat diobati dan kontrol HIV dapat dipulihkan.